Senin, 22 Oktober 2012

Sekolah yang Ramah Lingkungan

alt Hidup ramah lingkungan adalah tantangan bagi para orang dewasa karena masyarakat dan prasarana sosial kita semuanya masih dibangun di atas landasan Revolusi Industri. Untuk lepas dari itu, perlu dibangun sebuah prasarana baru - satu cara yang memperkenankan hidup ramah lingkungan menjadi sewajarnya, lebih mudah, dan sebuah cara hidup yang lebih nyaman. Satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah mendidik generasi muda. Di luar waktu malam, akhir pekan, liburan atau musim panas, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu aktif mereka di sekolah sedikitnya enam bulan dalam setahun. Jika kita mendidik dan membentuk perilaku ramah lingkungan dan apabila kita menempatkan mereka sebagaimana mestinya untuk melakukan tindakan ini, maka ketika mereka nantinya menjadi para pemimpin dalam pemerintahan atau perdagangan, secara praktek segala sesuatunya akan menyelaraskan. Banyak sekolah di Amerika Serikat telah menyadari hal ini dan telah menyiapkan lingkungan belajar baru bagi para muridnya - sebuah tempat yang secara lingkungan sangat bersahabat dan sejajar dalam hal kualitas pendidikan yang mereka sediakan. Salah satu tujuan pokok didirikan sekolah ini adalah untuk mengurangi limbah lingkungan. Perhimpunan Sekolah Ramah Lingkungan (The Green Schools Alliance) yang berpusat di kota New York adalah salah satu organisasi yang berhasil memprakarsai sekolah-sekolah lain di seluruh negeri untuk datang dan mengambil inisiatif untuk menciptakan kebijakan-kebijakan setempat dalam upaya mengemban komitmen ini. Sejauh ini, Perhimpunan Sekolah Ramah Lingkungan telah memiliki jumlah anggota lebih dari 175 sekolah di 30 negara, Daerah Kolombia, Kepulauan Virginia, dan juga di Honduras serta Rusia. Sekolah-sekolah yang turut berpartisipasi dalam perhimpunan membuat komitmen bersama untuk mengurangi limbah mereka. Ada beberapa cara yang mereka tempuh guna merealisasikannya. Beberapa sekolah, seperti Discovery Charter School di Tracy, California, dan Microsoft School of the Future di Pittsburgh, Penn., sudah benar-benar hampir tidak menerapkan penggunaan kertas. Di daerah lain, mereka mendirikan sekolah-sekolah yang lebih hemat energi dengan cara memasang alat penerangan, pemanas ruangan dan sistem air panas yang hemat energi, juga memastikan bahwa perangkat elektronik yang mereka beli adalah perangkat yang berdaya listrik rendah atau perangkat dengan sertifikat Energy Star. Pada saat yang bersamaan, mereka juga mengambil beberapa langkah untuk mengurangi pemborosan. Sebagai contoh, sekolah-sekolah mulai mengurangi konsumsi air; mengurangi sampah di dalam kelas, kantin sekolah atau kantor-kantor; mendaur ulang semua kertas, plastik, logam, dan bahan pecah belah; dan selanjutnya menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini kepada para murid sekolah. Banyak sekolah yang hendak menjadi ramah lingkungan namun tidak yakin di mana atau bagaimana cara memulainya, mereka dapat meminta petunjuk dari organisasi luar seperti Echalk atau AwarnessIDEAS. Kelompok ini menyediakan fasilitas bacaan, penyuluhan, atau lokakarya bagi para guru atau sekolah-sekolah resmi untuk membantu memberikan pandangan kepada mereka tentang sebuah strategi penghijauan. Banyak orang berpendapat bahwa masa depan kita berada di tangan generasi muda. Dengan banyaknya jumlah sekolah yang berinisiatif menanamkan praktek penghijauan dan teladan di kalangan generasi muda kita, langkah ini dapat menjamin masa depan yang lebih hijau. (A. Darin/The Epoch Times/mer) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewajibkan green school building JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewajibkan seluruh gedung sekolah pada tahun 2011 menerapkan green school building. Ini merupakan upaya Pemprov DKI Jakarta melaksanakan green property, selain menerapkan konsep green buliding standard pada gedung-gedung tinggi di ibu kota. Tahun 2010 ini, ada dua gedung sekolah yang dijadikan proyek percontohan yaitu, sebuah SD di Semanan, Jakarta Barat dan SMPN 1 Cikini, Jakarta Pusat. Kedua sekolah ini dibangun dengan menerapkan green building secara utuh. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan, mulai tahun ini hingga tahun depan, Pemprov DKI akan menerapkan green building standard untuk bangunan sekolah, baik tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Sebab DKI ingin menjadikan gedung-gedung sekolah sebagai contoh dan teladan yang baik untuk seluruh bangunan yang akan didirikan di ibu kota. "Kalau pemerintah saja bisa mendirikan bangunan sekolah dengan menerapkan green building standard maka tidak ada alasan pihak lain tidak bisa menerapkan hal tersebut," kata Fauzi Bowo di Jakarta, Sabtu (8/5). Pembangunan green school building akan dipusatkan dengan konsep penghematan energi listrik, penggunaan air yang bisa didaur ulang, dan pemanfaatan limbah sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan. Untuk bahan bangunan gedung sekolah, akan diupayakan menggunakan bahan eco-friendly (ramah lingkungan). Termasuk di dalamnya tidak terlalu banyak menggunakan kayu. Karena akan mengakibatkan penebangan pohon di hutan secara tidak bertanggung jawab. Menurutnya, konsep green school building merupakan bagian proses pendidikan lingkungan kepada siswa, sehingga mau tidak mau siswa yang sekolahnya sudah berorientasi lingkungan dan mengadaptasi kaidah lingkungan tadi harus memahami pentingnya mencintai dan pelestarian lingkungan. "Ini juga dapat membantu pembentukan karakter siswa dan manusia Indonesia untuk mencintai lingkungan dan bertanggung jawab melestarikan lingkungan. Barangkali Jakarta kota pertama yang menerapkan konsep ini," tuturnya. Terkait konsep green school building, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan DKI, Didi Sugandhi, mengatakan, sebenarnya sudah cukup banyak gedung sekolah yang telah menerapkan konsep tersebut. "Gedung sekolah lainnya sudah menerapkan konsep green school tapi belum secara menyeluruh," kata Didi. Menurutnya, masing-masing sekolah mulai menerapkan untuk meminimalisir penggunaan listrik, kemudian mengoptimalkan sinar tata surya untuk energi listrik. Selain itu akan memaksimalkan limbah cair sehingga bisa digunakan kembali dan membuat lubang biopori. Biaya perawatan lebih murah Memang anggaran pembangunan gedung sekolah berkonsep green school building lebih mahal daripada biaya membangun gedung biasa. Namun, biaya pemeliharaannya lebih murah dibandingkan gedung biasa. Untuk tahun ini, rencananya ada 42 gedung sekolah yang akan direhab total oleh Dinas Pendidikan DKI. Seluruhnya tentu akan menerapkan konsep green school building. "Targetnya tahun 2011 seluruh gedung sekolah sudah berkonsep green building," ujarnya. Kepala Dinas Perumahan DKI, Agus Subardono, mengatakan, untuk menerapkan konsep green building secara utuh, satu bangunan sekolah bisa menelan biaya antara Rp 9 miliar hingga Rp 19 miliar. Sejumlah anggaran itu, Rp 5 miliar di antaranya hanya untuk pembelian solar cell dengan kapasitas daya 6000 watt. Jumlah tersebut belum mencakup rehab konstruksi bangunan yang menelan biaya antara Rp 4 miliar hingga Rp 14 miliar. "Namun penerapan green building pada sekolah tidak menggunakan solar cell seluruhnya. Hanya beberapa kelas. Sisanya bagaimana bangunan itu didesain agar bisa hemat energi," katanya. Misalnya lebih banyak menggunakan jendela, ventilasi, dan mengurangi penggunaan air conditioner (AC). Selain itu, penggunaan air secara hemat, pengolahan sampah sendiri dan lebih banyak menggunakan kayu pada konstruksi bangunannya. (Berita Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar